Inilah Kisah Nyata Wanita Shalehah Menjadi Teladan

Minggu, 05 April 2015






Abu Thalhah salah seorang sahabat Nabi yang amat beruntung kehidupan keluarganya yang sakinah, Isterinya yang bernama Rumaisah atau lebih dikenal dengan Ummu Sulaim bukan hanya cantik dan menggoda, tapi juga ia adalah istri yang shalehah dan cerdas. Mereka dikaruniai seorang anak dari Allah SWT, yang melengkapi kebahagiaan keluarga ini.

Kehidupan bahagia yang mereka miliki, selalu ceria dan selalu kumpul bersama di rumah untuk selalu menikmati kebahagiaan. Namun, Seorang suami harus keluar dari rumah untuk mencari nafkah yang juga menjadi tanggungjawab dan bukti cintanya kepada keluarga. Bahkan dalam situasi yang sangat mendesak sekalipun, ia tetap harus lakukan hal itu.

Suatu ketika anak semata wayang yang mereka cintai jatuh sakit, sementara Abu Thalhah harus keluar rumah untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karenanya, meskipun terasa berat ia tetap pergi untuk melaksanakan kewajibannya itu.

Ketika sore hari, anaknya yang sakit akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Duka yang teramat dalam dirasakan oleh Rumaisah, ia pun mengucurkan derai air mata sampai terasa sudah habis terlarut bersama kesedihannya. Hari sudah mendekati malam yang berarti suaminya akan segera pulang, Rumaisah tidak ingin suaminya yang baru pulang dan dengan keadaan capek dan lelah harus berhadapan dengan kesedihan yang amat dalam karena berita meninggalnya anak tercinta.

Untuk menyambut kepulangan suaminya, Ummu Sulaim memindahkan jenazah anak yang dicintainya itu ke kamar khusus, iapun menutupi wajahnya yang sedih dengan sedikit bersolek dan siap menyambut kepulangan suaminya malam itu dengan wajah gembira seperti tidak ada masalah.

Kepulangan Abu Thalhah betul-betul disambut dengan gembira dan senyum ceria, saat ia bertanya tentang keadaan anaknya, sang istrinya pun menjawab bahkan lebih tenang dari biasanya, bahwa sang anak sedang beristirahat. Abu Thalhah tentu merasa sangat bersyukur. Sebab, makan malam yang lezat sudah menunggu yang dihidangkan oleh isteri yang sangat dicintainya, bahkan setelah selesai makan malam, sang isteri dengan wajahnya yang bersinar ceria, bahkan terlihat lebih cantik dari biasanya mengajaknya berduaan dengannya, sehingga Abu Thalhah melakukan hubungan suami isteri dengan kepuasan tersendiri.

Dan setelah pasangan suami isteri ini meraih kepuasan dan kebahagiaan malam itu, Rumaisah tiba-tiba bertanya kepada suaminya: “Bila ada orang menitipkan sesuatu kepada kita, sesuatu itu milik kita atau bukan, padahal kita amat menyenangi sesuatu itu?”.
“Tentu bukan”, jawab Abu Thalhah.
“Bila sesuatu itu diambil oleh yang punya bagaimana?”. Lanjut Rumaisah
“Tidak apa-apa, itu sudah menjadi hak nya untuk mengambilnya kembali karena memang hal itu miliknya”, jawab sang suami.
Rumaisah pun bertanya lagi “Bila sesuatu itu adalah anak kita, maka anak itu milik kita atau titipan?”
Sampai disini, Abu Thalhah jadi merasa ada yang aneh dengan pertanyaan isterinya tersebut. Lalu, ia  pun bertanya: “Apa sebenarnya maksud dari pertanyaanmu itu?”.
“Jika kita menyadari bahwa seorang anak adalah makhluk titipan Allah swt, maka Allah swt telah mengambilnya, ia telah wafat menjelang maghrib tadi”, jawab Rumaisah.

Meskipun kalimat itu diucapkan sedemikian pelan dan hati-hati, namun, hal itu mampu menggetarkan hati Abu Thalhah. Setelah ia menyadari kematian sang anak tercinta, membuatnya menjadi diam dan sedih serta termenung memikirkan kejadian hari itu. Saat istrinya berkata apa adanya sejak kedatangannya, tidak mungkin ia bisa bersenang-senang dengan memakan makanan yang lezat dan melakukan hubungan suami istri.

Namun, ia menjadi semakin cinta dan bangga kepada sang istri atas kecerdasan hati dan pikirannya untuk mengatasi kejadian ini. Dalam pikiran Abu Thalhah ia berkata “Istriku ternyata telah melakukan sesuatu yang patut diteladani dan dipuji”, walaupun sebenarnya ia hampir tak percaya dengan apa yang telah terjadi.

Setelah jenazah sang anak diurus dengan baik. Abu Thalhah merenung dan mengagumi apa yang telah diperbuat oleh sang isteri, ia jadi merasa sebagai seorang suami amat tertinggal dengan isterinya dalam hal menyikapi sesuatu, membuatnya ingin berusaha untuk menjadi lebih baik dari isterinya tersebut. Jadi ia pun datang menghadap pada Rasulullah saw untuk menceritakan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.

Mendengar cerita Abu Thalhah, Rasulullah SAW nampak sangat antusias, raut wajahnya kelihatan begitu bahagia mendengar kisah mengenai keadaan umatnya yang mengagumkan dan luar biasa. Dan setelah mendengar tentang kisah tersebut, Rasulullah SAW pun mendo’akan supaya Allah SWT memberkati malam-malam berikutnya suami isteri yang tabah itu.

Kejadian ini menjadi cerita yang cepat tersebar luas di Madinah, para pasangan suami isteri lain pun ingin memiliki kesabaran, ketabahan dan kesungguhan hati seperti Abu Thalhah dan Rumaisah ini. Harapan dan Do'a Rasulullah SAW akhirnya menjadi kenyataan. Suami isteri yang mulia ini kemudian dikarunia tujuh orang anak, namun ke tujuh anak ini sangat mudah dididik dan dibina menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah, bahkan anak-anak ini juga senjadi menjadi penghafal Al-Qur’an yang mengagumkan.

Sumber: http://cintai-wanita.blogspot.com/2014/05/kisah-nyata-wanita-shalehah-menjadi.html

0 komentar:

Posting Komentar