Terlalu Pagi ke Sekolah Ternyata Buruk Lho Bagi Siswa

Jumat, 30 November 2012


Kamis, 22 November 2012, 16:59 WIB
Berangkat ke sekolah terlalu pagi ternyata tidak baik untuk perkembangan para siswa. Kondisi itu tercermin dari penelitian yang dilakukan Federasi Serikat Guru Independen (FSGI).

"Kebijakan ini tidak mempertimbangkan hal lain seperti siswa tidak cukup tidur, tidak sempat sarapan, belajar kurang fokus dan stres," kata Presidium FSGI, Guntur Ismail, dalam jumpa pers di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Kamis (22/11).

Dalam penelitian kecil yang dilakukan FSGI terhadap 34 responden hasilnya menunjukkan sebanyak 67,65 persen siswa tidurnya kurang dari enam jam. Padahal untuk usia anak-anak dan remaja, kecukupan tidur pada usia tersebut rata-rata sebanyak delapan jam.

Tidak cukupnya waktu tidur, lanjutnya akan mempengaruhi perkembangan biologis dari para siswa. Proses metabolisme tubuh pun akan terganggu dan akan mempengaruhi kesehatan tubuhnya.

Kemudian, penelitian itu juga mengungkapkan sebanyak 94,12 persen siswa tidak sempat sarapan. Tubuh tanpa sarapan tentu saja akan berpengaruh terhadap konsentrasi dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.

Kondisi siswa yang stres juga akan membuat tubuh siswa menjadi lemah dan labil serta cenderung menjadi siswa yang sulit dikendalikan. Sehingga akan berujung pada meningkatnya tawuran antar pelajar di Jakarta.

"Kita berharap mengembalikan waktu masuk sekolah kembali pada pukul 07.00 WIB," tegasnya.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Reporter: Bilal Ramadhan






Islam dan Perilaku Sosial

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS:Al Hujuraat: 49)


Masih hangat berita tentang agresi militer yang "dimuntahkan" para Zionis Israel ke tanah Palestina. Negara menjadi hantaman dan rakyat pun menjadi korban kekerasan. Korban tiada henti berjatuhan akibat ulah dan kecerobohan. Apa yang harus dikata ketika akal pikiran menguasai hati serta dibumbui oleh ketamakan terhadap duniawai yang kebablasan. Sekiranya perkara ini merupakan salah satu luapan opini umat dan rasa solidaritas meraka terhadap peristiwa yang menimpa rakyat Palestina.

Lagi-lagi dunia dihebohkan dengan perkara kemanusiaan yang tak berujung habisnya. Senada dengan apa yang diungkapkan Presiden Turki Abdullah Gul yang dikutip dari media Voa-Islam Kairo, mengindikasi adanya kepentingan sepihak terhadap perilaku Israel yang bermuara kepentingan politik semata.

Dimanakah letak prilaku sosial umat manusia, ketika ketidakberdayaan dijadikan ultimatum untuk saling menguasai antar belah pihak yang tidak lain adalah benih dari ketamakan manusia saja. Tidak adanya rasa toleransi (tasammuh), saling mengasihi dan menghargai antar sesama, sehingga berujung kepada saling menjatuhkan serta menindas satu dengan lainnya.